Selasa, 21 Januari 2014

Ini Loh Kota Nunukan Itu, Kawan! (Part 1)

Akhirnya, sampai juga  pada pembahasan ini, yaitu topik yang menyangkut "sebenarnya di mana sih kamunya tinggal, Nida?"


Berkali – kali pertanyaan itu masuk lewat chating, BBM, hingga email. Bahkan, pembicaraan telepon dengan beberapa orang yang sepertinya sangat serius memikirkan di mana keberadaan saya saat ini.
Cukup lucu sih, karena banyak yang mengira kalau saya lagi hidup di negeri orang, nggak di Indonesia. Yang paling parah sih, ada senior di UNHAS yang tampan dan pintarnya meliputi tujuh penjuru angin, malah mengira saya lagi ngambil program Doktor alias S3 di Amerika.
Serius, nggak tahu mau bilang apa waktu dia nanyain itu di Facebook. Maksud hati sih, niat banget mau bilang “iya…tau aja…”. Namun apa daya dalam diri ini sudah terpatri prinsip ‘kejujuran adalah mata uang yang paling berharga di manapun kamu berada”. Jadilah, saya hanya jawab “ ah?? Nggak kak, S2 aja belum jelas gimana nasibnya. Tapi, aku aminkan aja nih, sangkaan baik itu aku ambil sebagai doa!”.


Duh, kok jadi lupa sebenarnya tulisan ini mau bahas apa. Kayaknya, tadi  ngejanjiin bakal nge-blogging tentang wilayah teritorial dimana kaki berpijak saat ini yah. Hmmm, sebenarnya hal ini nggak begitu penting sih. Cuman yah, kalau kamu nggak ngebaca tulisan ini sampai tuntas, maka kamu akan kehilangan secuil,
(eits ….secuil yah, ingat) secuil kenyataan yang terhampar di satu wilayah penting di negara ini, yakni beranda Indonesia. Jadi, kalau pembaca yang budiman termasuk menggemari geografi atau program acara si BOLANG, sebaiknya sisihkan beberapa menit buat baca ini hingga tuntas. (Maksa banget sih, Nida ;-) )


Nah, saya ini tinggal di kota Nunukan, Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur (meski, sudah  dimekarkan menjadi provinsi baru yakni Kalimantan Utara-KALTARA).
Untuk konteks di Nunukan ini, sangat penting menyebutkan alamat lengkap dengan jelas beserta kecamatan tempat tinggalmu, karena  setiap kecamatan sangat berbeda realitasnya, baik kultur budaya penduduk, hingga nilai nilai adat dan bahkan agama.
Jadi,  dengan mengetahui di kecamatan mana anda tinggal di Nunukan, maka akan tergambar dengan jelas sekeras apa hidup yang anda jalani..he..he..he..!!!


Sebagai informasi nih, Nunukan itu ada 15 kecamatan yang bersepakat di bawahi 1 kabupaten (kalau nggak salah yah). Biar tidak ada rahasia diantara kita, saya akan beberkan dengan jelas nama-nama kecamatan itu tapi sebatas yang saya tau aja, yah kali aja suatu saat kamu akan ditugaskan ke sini. Serius loh, menteri-menteri dan jenderal TNI saja sering banget ditugaskan ke sini, malah Pak Boediono pernah juga kunjungan kerja ke sini. Apalagi, jika kamu bekerja di Bank atau kementrian atau LSM, banyak banget yang sudah muali tinggal dan berkarir di sini.

Balik lagi ding, Kabupaten Nunukan itu, kecamatannya ada kec. Nunukan (ibukota kabupaten sekaligus tempat tinggal saya), Kec. Nunukan Selatan , Kecamatan Sebatik, Kecamatan Sebatik Barat, Kecamatan Sembakung, Kecamatan Sebuku, Kecamatan Seimenggaris, Kecamtan Lumbis, Kec. Lumbis Ogong, Kecamatan Krayan dan Kecamatan Krayan Selatan ( 2 kecamatan terakhir itu sudah berbatasan dengan Brunei Darussalam). Seperti yang saya bilang dari awal, tiap kecamatan punya realitas yang berbeda. Jadi, apa yang tertulis di sini adalah apa yang saya alami di Kec. Nunukan.


Biar lebih simple, saya akan mengurutkan aja kali yee, : -).

1. Keep Calm, No Traffic Jam

Asyiknya tinggal di sebuah kota kecil bahwa yang namnya macet itu jarang banget terjadi. Malahan, gerhana bulan mungkin lebih sering terjadi daripada macet di Nunukan. Meski sebagian besar, transportasi di kota ini adalah kendaraan roda dua dan empat, tapi macet tuh nggak bakalan kamu temuin. Kenapa? Karena emang badan jalannya besar dan masih sangat layak buat nampung kendaraan itu. Apalagi, jalan –jalan di kota ini sudah beraspal. Jadi, saran saya, buat kalian yang biasa masang status d FB atau nge-tweet sudah mau gila karena macet di Jakarta atau Makassar, sebaiknya segera migrasi ke sini, sebelum elo benar-benar gila.

Buat yang kuli kantoran macam saya, masih sangat banyak waktu berleha-leha di rumah pagi-pagi atau sekedar menyiram bunga dulu baru ke kantor. Lima atau paling banter 15 menit deh jelang jam masuk baru berangkat. Itupun mengemudinya nggak pakai ugal-ugalan loh, masih nyanyi-nyayi, cek BBM . (..nah ini yang ugal ugalan menurut polisi, nge-BBM sambil berkendara). Pokoknya, mau kemana-mana nggak perlu tuh yang namanya buru buru amat. Malahan kalau mau arisan, suruh aja dulu semua anggota arisan ngumpul, baru deh sayanya cussss.

2. All about “made in malaysia”

Namanya juga tetangga yang baik, maka sebagian besar sembako dan benda benda di sini kebanyakan didatangkan dari negeri sebelah, Malaysia. Mulai dari gula pasir, minyak kelapa, tepung pisang goreng, susu, kursi, laptop, daging, ayam, bebek (wow, bebek teman teman) sebagaian besar semuanya dari negeri jiran. Tanya kenapa? karena memang sarana transportasi ke Malaysia jauh lebih mudah dan murah dari sini daripada harus beli di Indonesia. Untung, saya belum pernah nemuin konde yang diimport dari seberang, kalau ada, SUNGGUH TERLALU.


Yah, jawabaan saya sih nggak cuman berenti sampai di situ. Kalau analisis sok tau saya, kualitas barang juga jadi perhatian. Apalagi yang namanya barang pecah belah kayak Tupperware.  Heran aja deh, kok Tupperware Malaysia jauh lebih cantik cantik edisinya, makanya doyan. He..he..he.
Berkelilinglah di supermarket-supermarket sini. Kamu akan menemukan rata rata jualannya adalah made in malaysia.
Jangankan supermarket, pasar tradisional aja juga diserbu sama produk tetangga. Jadi,  dapur beneran di Indonesia, tapi isinya Malaysia semua. Malahan, di sini kebanyakan pakai gas buat masakanya itu punya PETRONAS, bukan PERTAMINA. Nah, kemana perginya tabung 3 kg yang gratisan dari pemerintah? Kabar angin yang berhembus sih, kompornya diterima warga, tapi tabung gasnya ditolak mentah mentah.

3. Kota yang mulai menggeliat

Di Nunukan ini, pembangunan infrastruktur mulai menggeliat dan prioritas PEMDA. Jujur yah, gedung-gedung perkantoran di sini sangat baik, modern, bersih, dan baru baru semua. Malahan, bila dibandingkan dengan beberapa kabupaten lain di Kaltim, gedung perkantoran dan Rumah Sakit Umum Daerah Nunukan ini termasuk yang terbaik loh. Itu bukan saya yang ngomong, tapi salah seorang widyaiswara dari Bandiklat Kaltim. Yah, saya sih secara kasat mata mengiyakan. Waktu pertama kali berkunjung ke gedung DPRD sini, saya bilang “Gila,,,bagus amat!”. Mulai dari halaman hingga mebel. Serius loh, kamu akan terbelalak bila melihatnya. Kantor Bupati nya juga bagus, setidaknya lebih bagus dari beberapa kantor Bupati yang pernah saya sambangin.

Yang paling asyik, adalah Perpustakaan Daerah yang OK banget. Ada wifi, sofa sofa empuk, meja dan kursi buat nulis, serta deretan buku-buku terbaru ada di Perpustakaan Daerah Nunukan. Mulai dari sekelas novel Pramoedya, Ayat Ayat Cinta hingga novel Dewi Lestari.
Ada juga buku TOEFL , kamus OXFORD, buku bahasa jerman. Semua lengkap dan masih baru.
Dan boleh dipinjam asal dikembalikan. Ya iyalah…!!!!!

Jalan-jalan di Nunukan ini sudah beraspal dan bila ke daerah Sedadap di Kec. Nunukan Selatan, kamu akan dimanjakan dengan trotoar dan taman jalan yang penuh dengan bermacam – macam bunga yang ditata rapi. Cantik loh. Selain itu, kota ini juga sudah punya Bandara dan Pelabuhan Internasional. Untuk bandaranya sih, rute terjauh adalah Samarinda, Tarakan , Tanjung Selor, Berau bilang menggunakan pesawat untuk 30 orang penumpang. Namanya Kalstar. Untuk penerbangan lainnya menggunakan pesawat kecil banget, SUSI Air. Rutenya adalah Kec. Krayan dan Krayan Selatan, Tarakan. Pilotnya bule. Uniknya, kamu  masih bisa ngerokok di pesawat. Saya sih nggak pernah naik peswat gituan. Ngeri banget, boo!!.

Satu hal penting buat pelabuhannya , kalau ada niat buruk mau selundupkan narkoba dari Malaysia yang konon paling mahal dan dicari di Jakarta itu lewat Nunukan sini, bisa mampus loh. Keimigrasian di sini sudah sangat canggih dari alat maupun SDMnya. Udah deh, pupusin aja niat buruk itu


Nah, kalo untuk jalan utamanya beraspal. Tapi, untuk jalan tikusnya alias gang-gangnya persis cuaca di Inggris, alias gak ketebak. Sekilo atau 500 meter ke depan belum tentu masih beraspal. Bisa jadi kubangan lumpur atau masih dalam perbaikan. He..he..he..makanya, survei sangat perlu anda lakukan sebelum memutuskan apakah akan memakai wedges atau sepatu atau sendal jepit aja jika harus mengunjungi seseorang. Gak penting banget yah, kalimatku barusan.

Beberapa minggu terakhir, saya liat pertigaan di kota ini sudah ada lampu merahnya. Padahal, sebelumnya bangga banget tinggal di kota yang nggak ada lampu merahnya. He..he..he..

4. Entertainment

Frankly speaking, g. uys, di sini NGGAK ADA MALL atau BIOSKOP. Sedih yah???.
Tahan nafas dulu, jangan buru buru sedih dan bermuka masam gitu dong, utamanya buat ladies-ladies atau boys boys (apaan sih ) yang suka banget nongkrong di mall. Kabar gembiranya adalah kalau mau ke mall atau mau nonton, hayukkkkk ke Malaysia. He..he..he.. !!

Faktanya yah, mall dan bioskop adalah dua hal yang paling mendasar yang membuat saya sering silaturahmi ke kampungnya Upin dan Ipin. Yah, alasan mengikuti selanjutnya yakni mau makan pizza, beli buku, dan jalan-jalan. Yah, shopahollic di sini kalau mau Speak PRADA pasti nyebrang ke tanah Jiran, Tawau City tepatnya.  Di sana tersaji lengkap deh.
Udah yah, harus stop cerita mall mall-an sampai di sini saja, sebelum saya menghabiskan seluruh energi nulis buat ceritain urusan tetek bengek shopping yang secara itu PENTING banget buat Gue. Hahhhhhh.!!!!

Menurut hemat saya sih, hiburan di sini lumayan juga kok. Ada Rumah Bermain untuk anak anak plus kafe kecil buat mami papinya. Ada billiard, kafe kafe sepanjang jalan sampe kafe akustikan , lounge ada juga, pokoknya buat yang biasa hidup di kota besar dan gak bisa lepas dari dunia per-kafean,  nggak akan kecewa kecewa amat sih. Hanya saja, saya perhatikan, orang orang di sini, hobinya seputar futsal, mancing, sepedaan, panjat tebing, fotografi dan foto selfie, arisan, bakar bakar sayap ayam atau ikan.

Saya juga heran loh, 3 tahun belakangan ini, Nunukan maju dan ramai banget. Mungkin kota ini nyadar kali yah, kalau saya tuh sudah tinggal di sini, makanya ia semakin ramai dan punya tempat hiburan macam-macam. Punya komunitas hobi yang semakin bervariasi.
Nunukan sudah mulai punya festival musik, sudah ada fashion show, sudah ada pameran foto “Nunukan Dalam Lensa”. Padahal, tahun 2008, pertama kali ke sini, sepiiiiiiiiii baget. Kayak kota mati.
Sekarang sudah ramai. Belum hingar bingar banget sih, dan semoga aja nggak bakalan gitu. Barangkali nih, kehadiran saya di sini memberi efek yang sedemikian hebatnya pada kehidupan di Nunukan (becanda yah bagian ini….).

Nah, kalau masih mau baca baca lagi yuk melipir ke Part 2 nya.


2 komentar:

  1. masih nida yang saya kenal :) terus menulis, kakak nida :*

    BalasHapus
  2. Maka, simpanlah ingatan itu Kak Jimp!!! he he he karena saya sungguh telah banyak berubah. ;-0)

    BalasHapus