Senin, 09 Februari 2015

Baca Buku Apa Selama Cuti 3 Bulan ?


" Saya selalu membayangkan surga itu seperti PERPUSTAKAAN"

Nah, kalimat fenomenal di atas bukan dari saya loh, tapi quote dari M.Aan Mansyur, seorang penulis Makassar yang mencintai buku lebih dari dirinya sendiri ( ini murni pendapat aja loh..). Tapi saya sangat suka dengan kalimat itu dan selalu mengingatnya setiap memandangi koleksi buku-buku saya. Senada sih dengan sensasi buku yang diutarakan Kak Aan, ada satu kalimat dari Andy F. Noya, hostnya Kick Andy sewaktu dia jadi duta baca, yaitu Buku adalah jendela dunia. Jadi, setelah hapal bener pada 2 kalimat ini, saya akhirnya lebih keras pada diri sendiri untuk membaca dan juga menulis. Meskipun pada kenyataannya membaca lebih sering saya lakukan ketimbang menulis. Pada akhirnya, dalam jangka waktu tertentu saya pasti mengajukan pertanyaan pada diri sendiri " baca buku apa aja minggu ini, bulan ini?" dan juga dengan rasa bersalah yang sering terselip di hati, saya juga mempertanyakan " Kapan nih ditulis ulasan bukunya alias resensi?" .

Senang banget dapat jatah cuti bersalin anak ke-3 dan akhirnya sukses ngelahirin seorang Putri (yeiy...). Wow... jadi deh melahap dan meniduri buku adalah menu wajib sehari-hari sembari menikmati sofabed baru yang dibeli ortu. Sebagai kesan dan mungkin juga jejak kenangan kali yah bagi diri sendiri bahwa pernah membaca buku itu, saya kebelet pengan nulis dikit ulasannya.

Sebenarnya sih niatnya pengen nulis ulasan buku itu satu persatu. Tapi, seperti biasa..lidah memang tak bertulang alias jari-jari saya yang lagi malas ngetik banyak banyak, jadinya ulasannya sekalian saya borong dalam satu tulisan ini untuk semua buku-buku itu. Siapa tau aja ada diantara pengunjung blog yang tertarik baca buku yang sama atau sudah pernah baca buku itu dan mau berbagi ulasannya, kenapa tidak ?. Hidup itu indah karena kita berbagi bukan?... (nah, mulai ngelantur nih ).

Ini dia bacaan saya selama 3 bulan cuti bersalin ( 10 Oktober 2014-10 Februari 2015) :

1. Supernova "Gelombang" oleh Dee

Pas tiba di Makassar sekitar awal Oktober tahun lalu, novel ini adalah yang paling gress dan sedang ngehits. Syukurnya lagi, novel ini sudah nongkrong di rak buku adik saya. Jadi, gak perlu beli alias pesan online karena kayaknya di pasaran saat itu novel ini selalu sold out, alias habis terjual. Gak berpikir lama, saya jajal langsung novel yang lumayan tebal ini.

Gelombang adalah novel ke-5 dari rangkaian novel bertajuk "Supernova" dari Dee. Kalau nggak baca novel 1-4 nya, kayaknya bakal susah mengikuti alur Gelombang, secara novel ini tokohnya banyak yang flashback ke tokoh di seri Petir. Awalnya, agak bete karena kok kayaknya berat banget bahasan Dee di bab awal karena beragam tokoh dan karakter yang muncul beruntutan dan dialog yang berganti-ganti antar tokoh. Tapi, lama kelamaan asyik juga.

Saya mulai menikmati novel ini, saat bab memasuki petualangan Alfa di Amerika. Ceritanya berkembang cepat dan konflik mulai terlihat nyata. Sebagai pembaca, saya sangat terikat secara emosional dengan konflik batin Alfa, saya juga terpikat pada kepribadian tokoh Alfa yang dibangun Dee. Figuran yang dimunculkan Dee juga sangat mempengaruhi alur perjalanan novel, karena merekalah yang mengarahkan jalan hidup Alfa.
Ending novel ini lumayan menggigit karena Dee selalu menyerahkan kesimpulannya pada pembaca yang budiman seperti saya.

Jadi, dalam skala 1-10, seperti biasa 9 adalah poin buat Supernova.

2. Sepatu Dahlan oleh Khrisna Pabicara

"Hidup bagi orang miskin harus dijalani apa adanya" Dahlan Iskan.

Meskipun saya telah memiliki novel ini sejak 2 tahun lalu, namun baru membacanya pas cuti kemarin. Kenapa bisa? he..he..he..alasan teknis aja sebenarnya, saya selalu lupa bawa novel ini ke Nunukan.

Novel ini ditulis dengan ciamik oleh Daeng Khrisna, penulis yang asalnya dari Jeneponto. Mengisahkan biografi hidup sang mantan Mentri BUMN yang berdarah-darah. Meskipun berbau fiksi, tapi novel ini sepertinya mengutamakan riset dan poin poin nyata kehidupan Pak Dahlan.

Menikmati novel ini sambil berhenti sesekali buat membenamkan kepala di bawah bantal, karena mata sembab ingin nangis. Serius deh, novel ini sukses buat saya menangis dan tertawa-tawa dalam waktu bersamaan hingga dipelototin mertua. Rasanya pengen teriak 
" Sakitnya tuh di sini" (sambil nunjuk ke hati) he..he..he..

Alur novel ini adalah maju lalu mundur. Maksudnya, novel ini dibuka dengan keping kisah Pak Dahlan saat sudah sukses yang lebih menekankan filosofi "hidup baru" lalu alurnya pelan  pelan mundur ketika beliau masih SD. Di rentang waktu SD itulah ditunjukkan bagaimana novel ini bisa berjudul "Sepatu Dahlan".
Yang menarik adalah, kelihaian penulis menjadikan kisah "lapar" nya  Dahlan kecil menjadi tali utama ke kisah hidup baru Pak Menteri.
Serius deh, setelah baca novel ini, rasanya saya bersykur banget bisa memiliki sepatu-sepatu impian saya sewaktu kecil.

Saya nobatkan juga 9 buat novel ini dari skala 1-10.

3. Ayahku Bukan Pembohong oleh Tere Liye

Masih berkisar di genre novel, kali ini Tere Liye hadir dengan kisah pertarungan batin ayah dan anak. Saya jatuh cinta pada novel ini dari membaca judulnya saja. Membaca novel ini di bagian belakang sampulnya membuat saya menangis karena saya akhirnya menyadari betapa saya sangat merindukan masa kecil sempurna bersama ayah. Dan ternyata, masa itu sudah lewat bertahun-tahun silam, dan barulah kita meresapi maknanya dengan khidmat.

Meskipun ada beberapa bagian yang saya langkahi karena sekali lagi, saya adalah tipe pembaca yang tidak sabaran. Saya selalu ingin tahu endingnya apa..makanya saya selalu meninggalkan alur yang lambat dalam sebuah novel.

Saya nggak bisa ulas banyak tentang novel ini, tapi intinya novel ini bisa membangkitkan kenangan bersama ayah yang sangat kita cintai. Dan akhirnya, 8 adalah poin novel ini buat saya.


4. Totto-chan's Children: A Goodwill Journey to the Children of the World (Anak-Anak Totto-chan: Perjalanan Kemanusiaan untuk Anak-Anak Dunia)



Buku ini bukanlah novel fiksi. Buku ini adalah kisah perjalanan Totto-chan yang telah dewasa dan menjadi duta UNICEF. Ia kini berkeliling dunia dan mengunjungi ratusan anak diberbagai wilayah utamanya daerah konflik perang seperti di Timur Tengah (Irak) dan negara yang dilanda endemi kelaparan seperti negara negara di Afrika. Keadaan anak-anak di Indonesia juga tak luput dari kisah Totto-Chan.

Buku sangat mengisnpirasi dan juga menghentak sanubari. Bagi saya, buku ini adalah wajib hukumnya bagi mereka yang bergelut dengan isu anak-anak, entah itu orang tua maupun aktivis. Buku ini ditulis dengan penuturan sederhana namun sangat menyentuh. Bagian yang paling berkesan buat saya adalah ketika Totto Chan menulis bahwa anak-anak tidak pernah mengeluh, sesedih apapuan atau sesakit apapun mereka, sedangkan orang dewasa senang berkeluh kesah.

"Make it Personal" adalah nyawa yang dibawa buku ini. Emosi kita akan terikat begitu membaca untaian kisah anak-anak yang menjadi korban perang, anak-anak yang hidup di ladang ranjau, atau anak-anak  yang sangat kelaparan hingga tubuh mereka yang mati akan membusuk. 

Hal yang memberi kejutan pula bahwa pengalaman Totto-Chan mengunjungi anak anak korban perang di Timur Tengah bahwa anak anak itu susah tersenyum karena melihat pembunuhan orang tua dan teman-teman mereka di depan mata. Sedangkan bagian yang paling mengenaskan adalah bab yang menceritakan bagaimana perang bisa begitu jahat pada anak anak dan betapa terkutuknya orang yang memiliki ide perang untuk menaruh bom dalam boneka kesayangan seorang anak perempuan. Saya tidak bisa mengerti, bagaimana bisa ide gila itu lahir dari akal manusia?. Perang telah membuat orang dewasa hanya memikirkan menang atau kalah, dan anak-anak selalu berada pada posisi yang paling rentan dan tak dipikirkan. Ya Tuhan...

Karena kesan "personal" itulah , saya menobatkan  9.5 buat buku ini.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------\\

kayaknya segini dulu deh, sebenarnya ada beberapa buku lagi yang belum diulas. Tapi yah itu tadi, lidah tak bertulang dan merpati tak pernah ingkar janji hanya ada dalam film Rhoma Irama. he..he..he.., nyatanya, dalam blog ini saya tutup janji saya pada diri sendiri untuk menuliskan kesan pada semua buku buku yang saya baca selama cuti meskipun nggak semua buku itu mampu saya ulas sekarang, entahlah mungkin di suatu saat di masa depan. Bye..!!!