Minggu, 06 April 2014

#CeritaUmroh Part 4 : Welcome On Board

Di King Abdul Aziz International Airport, Jeddah, Arab Saudi

Sehari sebelum berangkat ke Jeddah, terus terang saya mulai dilanda sindrom travelling, begitu istilah saya.  Meski sindrom ini gak terjadi pada semua orang yang hendak bepergian jauh dan lama, tapi hal itu mutlak terjadi pada saya. Selalu begitu acapkali  hendak bertualang ke tempat baru nun jauh. Ciri-cirinya, mata nggak bisa terpejam, gak bisa tidur, tiba-tiba sakit perut, gugup dan pikiran melayang layang gak karuan. 
Gak enak banget sebenanrnya berada dalam kondisi psikologis dan fisik yang lelah jika hendak menempuh perjalanan yang jauh. Apa mau dikata, begitulah tubuh saya bereaksi jika akan ke luar negeri. Sebisa mungkin, saya mengatasi situasi itu dengan memperbanyak dzikir, istighfar, dan shalawat. Saya juga sesekali membaca buku-buku psikologi untuk menenangkan pikiran, kali –kali aja saya mengalami gangguan kejiwaan khusus ;-0).


Tepat pukul 12 malam, memasuki tanggal 18 Februari, saya mulai melakukan beberapa ritual khusus untuk perjalanan Umrah. Pertama, mandi bersih, lalu shalat taubat, shalat sunnat lainnya, serta berdoa dan membaca surat Ar Rahman. Menjelang pukul 03.00 WITA , saya melakukan shalat 2 rakaat sebelum keluar rumah dan doa hendak melakukan perjalanan. 

Menuju ke Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar jalanan masih sangat lancar. Tentu saja nggak ada macet, soalnya masih shubuh. Setiba di sana, suasana sudah sangat ramai. Jamaah umrah rombongan saya sudah berdatangan dari berbagai tempat, ada dari Pangkep, Pare-pare, Papua, Bantaeng, dan Makassar. Rame banget, soalnya kami berangkat dengan jumlah 150 orang jamaah. Rekor banget khan.


Setelah berpamitan pada keluarga yang mengantar, semua jamaah masuk ke dalam ruang tunggu. Gak perlu deh ribet ngurus bagasi, karena semua bagasi sudah ditangani oleh travel, tanpa biaya tambahan loh. Rombongan kami juga check in group oleh travel, jadi gak ada proses antri-antrian di loket. Pokoknya, langsung masuk aja menuju mushalla di ruang tunggu untuk shalat shubuh.
Saat nunggu shalat lumayan lapar banget, saya baru inget rupanya saya bahkan belum makan apa-apa dari semalam. Akhirnnya, nongkronglah saya di Blue Sky Lounge numpang makan, minum kopi dan menikamti barongko sebanyak-banyaknya (takutnya kangen makan barongko selama di sana, apalagi survey membuktikan bahwa di Arab Saudi gak ada yang namanya Pohon Pisang he..he..he..). Di lounge ini juga ada Mushalla, jadi sekalian saya shalat di sana.
Alhamdulillah banget setelah kenyang, sepupu saya yang pimpinan travel mengatakan kalau ia yang traktir. Senang banget euy, eh belum habis rasa gembira di hati, ia lalu membuka dompetnya. Ia memberikan uang jajan 300 real plus istrinya memberi 60 dollar buat saya. Aduh..aduh..bersyukur banget deh dapat rejeki tak terduga. Dengan rasa bahagia yang tak terkira, saya melangkah tenang memasuki pesawat untuk menuju Jakarta.

Jazirah Arab , Padang Pasir semuanya dari ketinggian 35 000 kaki



Seumur-umur naik pesawat ke mana-mana, perjalanan Makassar-Jakarta ini yang paling membuat lutut  lemas. Kira-kira begini, pernahkah kalian merasa sangat dekat dengan maut?. Begitulah kejadiaannya. Karena masih imbas dari abu Gunung Kelud, pilot mengumumkan bahwa jarak pandang hanya 5 meter. Pesawat berguncang hebat, seluruh penumpang diam dan berdoa. Lalu, tiba-tiba terasa pesawat seperti terhempas ke bawah, selebihnya oleng ke kiri dan ke kanan selama setengah jam. Gelas-gelas di ruang pramugari pada berjatuhan dan pecah. Semua yang ada di pesawat berteriak “Allahu Akbar”. Saya bahkan sudah menangis berpegangan tangan dengan penumpang di samping saya. Dalam hati, saya berkata “Ya Allah, jika Engkau  menakdirkan aku hanya sampai di sini, aku ikhlas Ya Allah. La haula Waala Quwwata illahbillah”. Suasana panik dan sangat menegangkan.Tak selang berapa lama, sang pilot sudah berhasil menetralkan laju pesawat. Perlahan-lahan, Jakarta sudah mulai terlihat. Seisi pesawat mulai mengucap “Alhamdulillah” meski masih sedikit tegang, soalnya khan belum sampai beneran.
Setiba di bandara Soekarno Hatta, kami sujud syukur karena selamat dalam 2 jam penerbangan yang sungguh membuat pucat pasi.

Gak lama-lama amat sih di Soetta, hanya transit 3 jam itupun diisi dengan makan pagi (Yess, makan lagi) pembagian paspor dan boarding pass serta pemeriksaan di keimigrasian. Lagi-lagi bagasi sudah dihandle travel. Hanya saja, antri di pengecekan paspor ini yang lumayan lama, soalnya banyak banget khan orang Indonesia yang hendak umrah. Selesai antri, langsung masuk ke ruang tunggu dan naik pesawat. Saat itu, pesawat akan take-off jam 12.00 WIB dengan rute Jakarta-Jeddah, selama 9 jam tanpa transit. 

Perjalanan menuju Jeddah sangat nyaman, selain karena pesawatnya gede banget (bertingkat) serta nggak ada turbelensi. Selama penerbangan, makanan dan minuman sering banget di sajikan. Belum habis makanan yang satu, datang lagi yang lainnya. Apalagi kuenya enak-enak. Jadilah saya selalu berdoa, “semoga pembagian snack segera tiba”. He..he..he. 

Penerbangan datar-datar saja, kecuali ada insiden kecil yang menimpa rakyat kecil (kecil dalam artian postur tubuh hingga strata sosial ) seperti saya. Awalnya, dari travel menginformasikan bahwa saya duduk di kelas bisnis. Eh, rupanya dalam pesawat itu ada rombongan anggota DPR dari partai tertentu yang karena alasan koneksi dengan maskapai mengambil jatah VIP saya. Ya udahlah, saya gak mau ribut. Mau di ekonomi atau di kelas bisnis gak soal, yang penting nggak di suruh melantai sambil gulung tikar. Meskipun sebenarnya lebih enak melantai dan gulung tikar kali di pesawat , biar bisa baring, mengingat waktu terbang yang sangat lama, he,..he..he... 


Akibat insiden kursi yang tertukar tadi, saya duduk sebaris dengan dua nenek-nenek yang terlihat sangat gugup naik pesawat. Alhamdulillah, inilah hikmah dari kejadian itu. Allah SWT memberi saya kesempatan untuk membantu orang lain sekaligus membantu diri sendiri. Seandainya duduk di VIP, mungkin saya akan sibuk tidur dan ngurusin kerempongan diri yang gak ada habis-habisnya itu, atau yang paling jelek, mungkin saya akan sibuk menonton film dan kehilangan kesempatan beramal. Di kursi ekonomi, saya diamanahkan Allah SWT secara tidak langsung untuk membantu 2 nenek-nenek ini memasang sabuk pengaman, merebahkan kursi mereka, hingga memijat-mijat betis dan lengan dan kepala mereka yang sakit. Saya juga, menyelimutinya karena mereka sangat kedinginan. Membantu mereka untuk berbicara dengan pramugara yang cakep (syukur deh ada yang cakep) untuk menyampaikan kebutuhan mereka, misalnya si nenek satu mau minum teh saja tanpa gula, si nenek satu hanya mau air putih saja. Berkali-kali “duo nenek” itu mengucapkan terima kasih pada saya, dan bersyukur karena ada anak semanis dan semodis saya (ehm...ehmmm) yang siap mengurusi mereka di pesawat.
Antrian di bandara untuk membeli kartu pernana, Mobily
                            


Dalam penerbangan yang jauh dan lama, keterampilan untuk menghibur diri sendiri sangat diperlukan. Jadilah saya hanya menatapi peta digital dalam layar lebar di pesawat. Lumayan untuk menghilangkan rasa capek dan bosan . Dari peta, saya melihat bahwa pesawat terbang melintasi Indonesia-Thailand-China-Colombo-India-Dubai-UEA-Jeddah. Sesekali saya membaca buku panduan umrah, mengaji, dan foto-foto.  Ketika pesawat hendak mendarat di King Abdul Azis Internatioanl Airport di Kota Jeddah – Arab Saudi, awak kabin mengumumkan sesuai titah Raja Arab bahwa pesawat harus disemprot dahulu sebelum mendarat. Baru kali ini saya naik pesawat dan disemprot-semprotin pakai wewangian di atas pesawat. Kesannya sih lucu aja, emang kita ini nyamuk disemprotin. ;-).

And Finally, keluarlah pengumuman yang paling ditunggu-tunggu selama 9 jam terakhir yaitu “Para penumpang yang terhormat, selamat datang di Bandara International King Abdul Azis , Jeddah”. Bersamaan dengan itu, mata saya terasa mulai basah. Alhamdulillah, satu tanah baru kembali saya tapaki. Saudi Arabia. 
menunggu Bus dari Airport Jeddah menuju Madinah




Kamis, 03 April 2014

#CeritaUmroh Part 3 : Ini Bukan Jalan-Jalan Biasa, Give Your Best!!!




Di Mesjid Quba-Madinah

Beberes dokumen selesai sudah. Pihak travel menginformasikan kalau VISA UMRAH sudah keluar dan sekarang adalah tahap yang lebih personal, yaitu persiapan mental dan spiritual. Kenapa harus siap mental ?, jawabannya sederhana karena tentu saja perjalanan jauh melintasi benua, dari Asia ke jazirah Arab perlu waktu yang cukup lama. Harus siap dengan penerbangan panjang, saya ini termasuk yang suka bete kalau harus duduk dalam pesawat terlalu lama,  apalagi kalau nggak ada pramugara/i yang kece bisa di amat-amatin wajahnya, hihiihiii. Dan lagi, saya harus merelakan berpisah sementara waktu dengan anak-anak dan suami. Hiks, rasanya sedih juga sih, kepikiran kalau mereka nyariin bundanya. Harus berkali-kali meyakinkan diri kalau konsekuensinya memang begitu.  Hanya dengan mendoakan agar Allah SWT menjaga keluarga saya selama perjalanan dan mempersatuakn kami kembali, hati bisa menjadi tenang.  

Kalau untuk persiapan spiritual, saya memantapkan ilmu tentang rukun-rukun umrah. Karena kebetulan saya tidak dapat hadir pada manasik umrah yang diadakan travel, jadi pilihannya adalah saya berusaha mencari tahu sendiri. Langkah awal adalah saya bertanya pada mereka yg kompeten menjawab perihal umrah ini, baik udztad, orang tua, sepupu-sepupu, hingga teman yang sudah berangkat. Selain itu, saya melakukan riset literatur kecil-kecilan tentang Umrah ini, melalui buku teks maupun blogging. Alhamdulillah, Allah SWT selalu memudahkan proses riset ini. Saya mendapatkan link blog yang menjelaskan dengan rinci tahapan-tahapn umrah serta memberikan pemahaman tentang makna ritual-ritual rukun umrah yang langsung dari hadis Nabi Muhammad SAW serta dijelaskan kembali oleh cucu beliau  Imam Sajjad as (yang banyak sujud), lengkap dengan doa-doa. Saya bersyukur banget ketemu link ini, karena melalui link ini, saya mendapatkan 2 point penting sebagai bekal bathin yang sangat berharga, yaitu :

a.       Dari Imam Khomeini “ barang siapa yang tidak memahami rukun-rukun manasik umrah dan menyepelekannya, maka ia tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali pahala berihram”.
b.      Dari Imam Sajjad as “berumrahlah kamu dengan makrifat (ilmu yang sempurna)”

Jamaah Umrah Meida Wisata Travel, di Jabal Rahmah , Mekkah 18 Feb-3 Maret 2014

Selain blogging, saya juga mendapat kado buku tuntunan umrah dari seorang teman ( K Halimah Usman) yang pernah berumrah melalui rombongan jamaah travel Rindu Rasul. Buku itu unik, karena model penyajiannya tak sama dengan buku tuntunan umrah kebanyakan. Buku itu ditulis dengan pola narasi yang menyentuh. Buku itu bercerita. Rasanya setiap membaca kalimat perkalimat dalam buku itu tentang Madinah dan Mekkah serta sejarah Rasul SAW dan para Rasul sebelumnya, hati ini bergetar luar biasa. Kalau ada teman-teman yang butuh buku itu, tinggal hubungi saya. Sebisa mungkin, sy akan berusaha mengirimkan kopian buku itu.

Untuk tahap persiapan ini sekian dulu, bagian selanjutnya tentulah yang ditunggu tunggu, yaitu....Welcome to Kingdom of Saudi Arabia !!!!