Kamis, 20 Maret 2014

#Cerita Umrah 1 : Dari Niat Hingga Persiapan Ber Umrah


Masjid Nabawi di Madinah

Setelah vakum sebulan lebih tak kunjung mengisi rumah maya ini, akhirnya malam ini bisa juga saya memerintahkan jari-jari agar bersekongkol dengan hati untuk menuliskan pengalaman berumrah. Tapi, sebelumnya saya sudah banyak memposting foto foto dan penggalan cerita ttg Umrah saya kali ini. Hanya saja, saya sudah berjanji pada diri sendiri bahwa blog ini sebisa mungkin di update, jadi deh saya kembali untuk berbagi. Ingat yah , motif saya berbagi, bukan narsisan bukan pertunjukkan eksistensi apalagi religius showtime. Nggak sama sekali.

Well, saya akan cerita sedikit nih kenapa saya berniat nge-blogging segala hal berumrah ini. Pertama, bagi yang baru akan berumrah pertama kali, saya yakin akan sangat membutuhkan sharing pengalaman dengan mereka yang sudah pernah berumrah. Saya berkaca pada diri sendiri, bahwa para blogger yang baik hati yang telah menulis pengalaman berumrah mereka sangat membantu saya dalam banyak hal. Kedua, karena memang dalam rentang Februari hingga tengah Maret ini, berumrah itulah kejadian yang paling gressssss dalam hari-hari saya.

saya akan mulai secara runut yah...

1. Niat ber Umrah dan Ziarah ke Tanah Suci

"segala sesuatu itu bergantung dari niat".

Dalam Islam, kita selalu diingatkan bahwa segala amal atau perbuatan harus dimulai dari niat yang baik, dan akan dinilai berdasarkan niatnya. Sudah sejak lama, setiap melihat tayangan Kabbah di salah satu chanel TV Kabel langganan saya, hati ini tetiba berbisik, "Ya Allah, panggillah saya ke sana!" atau " Kapan yah bisa ke Baitullah!". Selanjutnya, dalam Bulan Ramadhan tahun 2013 kemaren di setiap malam khususnya di malam-malam ganjil yang dipercaya sebagai malam Laitul Qadr, saya membaca doa yang diajarkan Imam Ali Zainal Abidin as (cucu Nabi Muhammad SAW), yang salah satu redaksi doa itu berbunyi,

"Ya Allah, berilah kesempatan padaku untuk berhaji dan berumrah di tahun ini atau tahun - tahun yang akan datang atau setiap tahunnya". Hati saya selalu bergetar membaca itu. Entahlah, saya doyan mengulang ngulang redaksi itu dalam setiap kali bermunajat.

Bersamaan dengan itu, orang tua dan keluarga besar saya selalu menyarankan agar saya sekeluarga bisa segera berumrah. Katanya Umrah saja dulu, kalau haji terlalu lama. Memang sih, soalnya Haji ini khan sistemnya pakai kuota , nggak bisa berangkat seenak jidat. Setiap mendengar saran ini, saya aminkan di mulut dan di hati.

Singkat cerita, bulan Desember, saya ada kelebihan rejeki dari Yang Maha Kuasa. Nilainya cukup besar, yang akhirnya saya tekadkan niat bahwa saya akan berUmrah sesegera mungkin. Malam itu juga saya mengontak sepupu, Haji Abdul Samad, pimpinan Meida Wisata Tour, Biro Umrah dan Haji Plus di Makassar. Setelah menyampaikan niat , saya juga menginformasikan bahwa saya ingin pemberangkatan Januari akhir atau Februari awal karena periode itulah suami saya tidak sibuk dan bisa jauh sebentar dari kungkungaan pekerjaannya.

Nah, paket yang dipesan adalah paket Umrah 12 Hari dengan biaya 2050 US Dollar,  yang nilainya akan dikalikan kurs pada saat pelunasan biaya umrah. Okelah, Deal..kataku. dan esoknya saya mulai bergerilya mengurus dokumen - dokumen Umrah. Yuk, melipir ke Part 2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar