Akhirnya, sampai juga pada pembahasan ini, yaitu topik yang menyangkut "sebenarnya di mana sih kamunya tinggal, Nida?"
Berkali – kali pertanyaan itu masuk lewat chating, BBM, hingga email. Bahkan, pembicaraan telepon dengan beberapa orang yang sepertinya sangat serius
memikirkan di mana keberadaan saya saat ini.
Cukup lucu sih, karena banyak yang
mengira kalau saya lagi hidup di negeri orang, nggak di Indonesia. Yang
paling parah sih, ada senior di UNHAS yang tampan dan pintarnya meliputi
tujuh penjuru angin, malah mengira saya lagi ngambil program Doktor
alias S3 di Amerika.
Serius, nggak tahu mau bilang apa waktu dia
nanyain itu di Facebook. Maksud hati sih, niat banget mau bilang
“iya…tau aja…”. Namun apa daya dalam diri ini sudah terpatri prinsip
‘kejujuran adalah mata uang yang paling berharga di manapun kamu
berada”. Jadilah, saya hanya jawab “ ah?? Nggak kak, S2 aja belum jelas
gimana nasibnya. Tapi, aku aminkan aja nih, sangkaan baik itu aku ambil
sebagai doa!”.
Duh, kok jadi lupa sebenarnya tulisan ini mau bahas apa. Kayaknya,
tadi ngejanjiin bakal nge-blogging tentang wilayah teritorial dimana
kaki berpijak saat ini yah. Hmmm, sebenarnya hal ini nggak begitu
penting sih. Cuman yah, kalau kamu nggak ngebaca tulisan ini sampai
tuntas, maka kamu akan kehilangan secuil,
(eits ….secuil yah, ingat) secuil kenyataan
yang terhampar di satu wilayah penting di negara ini, yakni beranda
Indonesia. Jadi, kalau pembaca yang budiman termasuk menggemari
geografi atau program acara si BOLANG, sebaiknya sisihkan beberapa menit
buat baca ini hingga tuntas. (Maksa banget sih, Nida ;-) )
Nah, saya ini tinggal di kota Nunukan, Kecamatan Nunukan, Kabupaten
Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur (meski, sudah
dimekarkan menjadi provinsi baru yakni Kalimantan Utara-KALTARA).
Untuk konteks di Nunukan ini, sangat
penting menyebutkan alamat lengkap dengan jelas beserta kecamatan tempat tinggalmu,
karena setiap kecamatan sangat berbeda realitasnya, baik kultur budaya penduduk, hingga nilai nilai adat dan bahkan agama.
Jadi, dengan mengetahui di kecamatan mana anda tinggal di Nunukan,
maka akan tergambar dengan jelas sekeras apa hidup yang anda
jalani..he..he..he..!!!
Sebagai informasi nih, Nunukan itu ada 15 kecamatan yang
bersepakat di bawahi 1 kabupaten (kalau nggak salah yah). Biar tidak ada
rahasia diantara kita, saya akan beberkan dengan jelas nama-nama
kecamatan itu tapi sebatas yang saya tau aja, yah kali aja suatu saat kamu
akan ditugaskan ke sini. Serius loh, menteri-menteri dan jenderal TNI
saja sering banget ditugaskan ke sini, malah Pak Boediono pernah juga
kunjungan kerja ke sini. Apalagi, jika kamu bekerja di Bank atau kementrian atau LSM, banyak banget yang sudah muali tinggal dan berkarir di sini.
Balik lagi ding, Kabupaten Nunukan itu, kecamatannya ada kec. Nunukan
(ibukota kabupaten sekaligus tempat tinggal saya), Kec. Nunukan Selatan , Kecamatan Sebatik, Kecamatan Sebatik Barat, Kecamatan
Sembakung, Kecamatan Sebuku, Kecamatan Seimenggaris, Kecamtan Lumbis, Kec. Lumbis Ogong, Kecamatan Krayan dan Kecamatan Krayan Selatan ( 2
kecamatan terakhir itu sudah berbatasan dengan Brunei Darussalam).
Seperti yang saya bilang dari awal, tiap kecamatan punya realitas yang
berbeda. Jadi, apa yang tertulis di sini adalah apa yang saya alami
di Kec. Nunukan.
Biar lebih simple, saya akan mengurutkan aja kali yee, : -).
1. Keep Calm, No Traffic Jam
Asyiknya tinggal di sebuah kota kecil bahwa yang namnya macet itu jarang
banget terjadi. Malahan, gerhana bulan mungkin lebih sering terjadi
daripada macet di Nunukan. Meski sebagian besar, transportasi di kota
ini adalah kendaraan roda dua dan empat, tapi macet tuh nggak bakalan
kamu temuin. Kenapa? Karena emang badan jalannya besar dan masih sangat
layak buat nampung kendaraan itu. Apalagi, jalan –jalan di kota ini
sudah beraspal. Jadi, saran saya, buat kalian yang biasa masang
status d FB atau nge-tweet sudah mau gila karena macet di Jakarta atau Makassar, sebaiknya segera migrasi ke sini, sebelum elo
benar-benar gila.
Buat yang kuli kantoran macam saya, masih sangat banyak waktu
berleha-leha di rumah pagi-pagi atau sekedar menyiram bunga dulu baru ke
kantor. Lima atau paling banter 15 menit deh jelang jam masuk baru berangkat. Itupun mengemudinya nggak pakai ugal-ugalan loh, masih
nyanyi-nyayi, cek BBM . (..nah ini yang ugal ugalan menurut polisi, nge-BBM sambil berkendara). Pokoknya, mau kemana-mana nggak perlu tuh yang
namanya buru buru amat. Malahan kalau mau arisan, suruh aja dulu semua
anggota arisan ngumpul, baru deh sayanya cussss.
2. All about “made in malaysia”
Namanya juga tetangga yang baik, maka sebagian besar sembako dan
benda benda di sini kebanyakan didatangkan dari negeri sebelah, Malaysia. Mulai dari gula pasir, minyak kelapa, tepung pisang goreng,
susu, kursi, laptop, daging, ayam, bebek (wow, bebek teman teman) sebagaian besar semuanya dari
negeri jiran. Tanya kenapa? karena memang sarana transportasi ke
Malaysia jauh lebih mudah dan murah dari sini daripada harus beli di
Indonesia. Untung, saya belum pernah nemuin konde yang diimport dari seberang, kalau ada, SUNGGUH TERLALU.
Yah, jawabaan saya sih nggak cuman berenti sampai di situ. Kalau
analisis sok tau saya, kualitas barang juga jadi perhatian. Apalagi
yang namanya barang pecah belah kayak Tupperware. Heran aja deh, kok Tupperware Malaysia jauh lebih cantik cantik edisinya, makanya doyan. He..he..he.
Berkelilinglah di supermarket-supermarket sini. Kamu akan menemukan
rata rata jualannya adalah made in malaysia.
Jangankan supermarket,
pasar tradisional aja juga diserbu sama produk tetangga. Jadi, dapur beneran di Indonesia, tapi isinya Malaysia semua.
Malahan, di sini kebanyakan pakai gas buat masakanya itu punya PETRONAS,
bukan PERTAMINA. Nah, kemana perginya tabung 3 kg yang gratisan dari
pemerintah? Kabar angin yang berhembus sih, kompornya diterima warga,
tapi tabung gasnya ditolak mentah mentah.
3. Kota yang mulai menggeliat
Di Nunukan ini, pembangunan infrastruktur mulai
menggeliat dan prioritas PEMDA. Jujur yah, gedung-gedung perkantoran di
sini sangat baik, modern, bersih, dan baru baru semua. Malahan, bila dibandingkan dengan beberapa kabupaten lain di Kaltim,
gedung perkantoran dan Rumah Sakit Umum Daerah Nunukan ini termasuk yang
terbaik loh. Itu bukan saya yang ngomong, tapi salah seorang widyaiswara
dari Bandiklat Kaltim. Yah, saya sih secara kasat mata mengiyakan. Waktu
pertama kali berkunjung ke gedung DPRD sini, saya bilang “Gila,,,bagus
amat!”. Mulai dari halaman hingga mebel. Serius loh, kamu akan
terbelalak bila melihatnya. Kantor Bupati nya juga bagus, setidaknya
lebih bagus dari beberapa kantor Bupati yang pernah saya sambangin.
Yang paling asyik, adalah Perpustakaan Daerah yang OK banget. Ada wifi,
sofa sofa empuk, meja dan kursi buat nulis, serta deretan buku-buku
terbaru ada di Perpustakaan Daerah Nunukan. Mulai dari sekelas novel
Pramoedya, Ayat Ayat Cinta hingga novel Dewi Lestari.
Ada juga buku TOEFL
, kamus OXFORD, buku bahasa jerman. Semua lengkap dan masih baru.
Dan
boleh dipinjam asal dikembalikan. Ya iyalah…!!!!!
Jalan-jalan di Nunukan ini sudah beraspal dan bila ke daerah Sedadap
di Kec. Nunukan Selatan, kamu akan dimanjakan dengan trotoar dan taman
jalan yang penuh dengan bermacam – macam bunga yang ditata rapi. Cantik
loh. Selain itu, kota ini juga sudah punya Bandara dan Pelabuhan Internasional. Untuk bandaranya sih, rute terjauh adalah Samarinda, Tarakan , Tanjung Selor, Berau bilang menggunakan pesawat untuk 30 orang
penumpang. Namanya Kalstar. Untuk penerbangan lainnya menggunakan pesawat kecil
banget, SUSI Air. Rutenya adalah Kec. Krayan dan Krayan Selatan, Tarakan. Pilotnya bule. Uniknya, kamu masih bisa ngerokok
di pesawat. Saya sih nggak pernah naik peswat gituan. Ngeri banget, boo!!.
Satu hal penting buat pelabuhannya , kalau ada niat buruk mau
selundupkan narkoba dari Malaysia yang konon paling mahal dan dicari di Jakarta itu lewat Nunukan sini, bisa mampus loh. Keimigrasian di sini
sudah sangat canggih dari alat maupun SDMnya. Udah deh, pupusin aja niat
buruk itu
Nah, kalo untuk jalan utamanya beraspal. Tapi, untuk jalan tikusnya
alias gang-gangnya persis cuaca di Inggris, alias gak ketebak. Sekilo
atau 500 meter ke depan belum tentu masih beraspal. Bisa jadi kubangan
lumpur atau masih dalam perbaikan. He..he..he..makanya, survei sangat
perlu anda lakukan sebelum memutuskan apakah akan memakai wedges atau
sepatu atau sendal jepit aja jika harus mengunjungi seseorang. Gak
penting banget yah, kalimatku barusan.
Beberapa minggu terakhir, saya liat pertigaan di kota ini sudah ada
lampu merahnya. Padahal, sebelumnya bangga banget tinggal di kota
yang nggak ada lampu merahnya. He..he..he..
4. Entertainment
Frankly speaking, g. uys, di sini NGGAK ADA MALL atau BIOSKOP. Sedih
yah???.
Tahan nafas dulu, jangan buru buru sedih dan bermuka
masam gitu dong, utamanya buat ladies-ladies atau boys boys (apaan sih )
yang suka banget nongkrong di mall. Kabar gembiranya adalah kalau mau
ke mall atau mau nonton, hayukkkkk ke Malaysia. He..he..he.. !!
Faktanya
yah, mall dan bioskop adalah dua hal yang paling mendasar yang membuat saya sering silaturahmi ke kampungnya Upin dan Ipin. Yah, alasan
mengikuti selanjutnya yakni mau makan pizza, beli buku, dan jalan-jalan. Yah, shopahollic di sini kalau mau Speak PRADA pasti nyebrang ke tanah Jiran, Tawau City tepatnya. Di sana tersaji lengkap deh.
Udah
yah, harus stop cerita mall mall-an sampai di sini saja, sebelum saya menghabiskan seluruh energi nulis buat ceritain urusan tetek bengek
shopping yang secara itu PENTING banget buat Gue. Hahhhhhh.!!!!
Menurut hemat saya sih, hiburan di sini lumayan juga kok. Ada Rumah Bermain untuk anak anak plus kafe kecil buat mami papinya. Ada billiard,
kafe kafe sepanjang jalan sampe kafe akustikan , lounge ada juga, pokoknya buat
yang biasa hidup di kota besar dan gak bisa lepas dari dunia per-kafean, nggak akan kecewa kecewa amat sih. Hanya saja, saya perhatikan, orang
orang di sini, hobinya seputar futsal, mancing, sepedaan, panjat
tebing, fotografi dan foto selfie, arisan, bakar bakar sayap ayam atau ikan.
Saya juga heran loh, 3 tahun belakangan ini, Nunukan maju dan ramai
banget. Mungkin kota ini nyadar kali yah, kalau saya tuh sudah tinggal di
sini, makanya ia semakin ramai dan punya tempat hiburan macam-macam.
Punya komunitas hobi yang semakin bervariasi.
Nunukan sudah mulai punya
festival musik, sudah ada fashion show, sudah ada pameran foto “Nunukan
Dalam Lensa”. Padahal, tahun 2008, pertama kali ke sini, sepiiiiiiiiii
baget. Kayak kota mati.
Sekarang sudah ramai. Belum hingar bingar banget sih, dan semoga aja nggak bakalan gitu. Barangkali nih, kehadiran saya di sini memberi
efek yang sedemikian hebatnya pada kehidupan di Nunukan (becanda yah
bagian ini….).
Nah, kalau masih mau baca baca lagi yuk melipir ke Part 2 nya.
masih nida yang saya kenal :) terus menulis, kakak nida :*
BalasHapusMaka, simpanlah ingatan itu Kak Jimp!!! he he he karena saya sungguh telah banyak berubah. ;-0)
BalasHapus